Rabu, 15 Juni 2011


HMI SEBAGAI ORGANISASI PERKADERAN

Oleh : Muh. Hasan Marwiji


Pada tahun 1998 pemerintahan Orde baru mampu dikalahkan oleh para aktifis mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa yang ikut dalam menggulingkan pemerintahan soeharto ketika itu merupakan mahasiswa yang aktif dalam organisasi ektra kampus. Namun muncul pertanyaan baru, apakah mahasiswa hari ini masih memiliki hati pejuang, semangat untuk membantu umat, semangat untuk memperjuangkan kepentingan umat (rakyat kecil), dan sebagainya seperti para pendahulunya ?
Banyak contoh realita yang membuktikan bahwa mahasiswa hari ini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk senang-senang, tanpa memperdulikan hal-hal positif yang dapat membangun intelektulnya. Mereka lebih banyak bermain di mall-mall, cafe-cafe atau bahkan menghabiskan waktunya buat liburan ketimbang membaca buku. Membaca adalah salah satu dari sekian cara yang digunakan para aktifis kampus sebagai media untuk peningkatan intelektualnya, tak heran apabila ketika mereka berbicara begitu bagus dan lancar.
Menurut Tata Iryanto (1996 : 102) bahwa yang dimaksud dengan hedonisme adalah teori yang menyatakan bahwa kesenangan adalah tujuan hidup tertinggi. Kebanyakan mahasiswa hari ini, itu bersifat hedonis dalam artian lebih mementingkan senang-senang ketimbang dia memperjuangkan dirinya (peningkatan intelektual) atau memperjuangan kepentingan umat (sebagai agent social of control ). Semua semangat perjuangan pada diri mahasiswa sudah hampir hilang, mereka hanya datang ke kampus lalu pulang ke rumah atau jalan-jalan terlebih dahulu sebelum pulang. Setiap hari yang dilakukannya hanya sebatas itu saja.
Maka, disinilah peran serta organisasi ektra kampus, baik itu untuk peningkatan intelektual mahasiswa ataupun sebagai organisasi perjuangan, yang memperjuangkan kepentingan rakyat. diantara organisasi kampus yang besar adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), HMI adalah organisasi perkaderan dan organisasi perjuangan (bukan organisasi massa). Disinilah tempat yang cocok bagi mahasiswa untuk meningkatkan intelektual dan untuk dapat memperjuangkan kepentingan umat karena sesuai dengan misi HMI (Pasal 4 AD HMI) :

“TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA”

Dari misi di atas maka HMI memang benar-benar sebagai organisasi perkaderan baik itu dari mulai LK (Latihan Kader) I , LK II bahkan LK III. Inilah suatu bukti bahwa mahasiswa yang masuk atau ikut ke dalam organisasi ekstra kampus (HMI) akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya sebagai agent social of control baik itu bagi fakultas maupun bagi pemerintahan.
 

Hanya itu coretan yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan dapat bermanfaat. Namun pasti masih banyak kesalahan  baik dalam penulisan maupun isinya. Untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan.
YAKIN USAHA SAMPAI
Pentingnya Tafsir sebagai landasan mempelajari al-Quran

Tafsir adalah penjelasan tentang arti dan maksud firman Allah SWT yang tercantum dalam al-Quran sesuai dengan kemampuan manusia yang telah memiliki seperangkat syarat-syarat tertentu.
Setiap musllim sebenarnya didorong untuk memperhatikan ayat-ayat Tuhan, baik yang terbentang di alam raya ini (kontekstual) maupun yang tertulis di dalam mushaf (tekstual), Allah SWT mengecam orang-orang yang tidak memperhatikan ayat-ayat al-Quran (Q.S. 47 :24), dan mengecam pula orang-orang yang hanya mengikuti tradisi lama tanpa suatu alasan yang logis (Q.S. 2 ; 170), disamping menganjurkan umat manusia untuk selalu berpikir, mengamati dan mengambil pelajaran dari generasi-generasi tertentu.
Perbedaan hasil pemikiran manusia merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari, perbedaan ini bukan hanya disebabkan oleh perbedaan tingkat kecerdasan atau latar belakang pemikiran dan kecenderungan seseorang, tetapi juga oleh pengaruh-pengaruh lingkungan, kondisi sosial politik, pengalaman dan peristiwa-peristiwa sejarah serta penemuan-penemuan ilmiah.
Al-Quran al karim di samping diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi masyarakat yang hidup pada masa turunnya 15 abad yang lalu, juga ditujukan kepada masyarakat masa kini dan masa datang maka dengan demikian dapat kita pastikan bahwa al-Quran itu mampu berdialog dengan seluruh generasi, artinya perintah atau kecamannya sekaligus tertuju kepada semua pihak.
Tidak seorang Muslim, apapun aliran dan madzhabnya yang tidak merujuk kepada al-Quran untuk memperoleh petunjuk dan legitimasi terhadap pendapat-pendapatnya, al-Quran benar-benar merupakan posisi sentral bagi semua studi keislaman bahkan bagi kehidupan seluruh umat Islam.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar